Ini adalah DAFTAR ISI dari MODUL-1 (BUKU-1)
Apa itu HIV / AIDS ?
Apa Beda HIV dan AIDS ?
Bagaimana Cara Mengetahui Seseorang terinfeksi HIV?
Gejala Awal Apa saja Penderita HIV / AIDS ?
Bagaimana Siklus Hidup virus HIV Itu ?
Tes Apa Untuk Mengetahui HIV / AIDS ?
Apa itu sel CD4 ?
Apa itu tes CD4 ?
Apa Peranan Sel CD4 Sehubungan dengan Tes HIV?
Faktor Apa yang Berpengaruh pada Jumlah CD4?
Bagaimana Hasil Tes CD4 Dibuat ?
Penyakit Apa Saja yang Menyertai Penderita HIV/AIDS ?
Apa Terapi Antiretroviral Itu?
ARV Apa Saja yang Disetujui ?
Bagaimana Obat ARV Digunakan ?
Adakah Resistensi Terhadap Obat ARV ?
ARV, Apakah Bisa Menyembuhkan AIDS ?
Kapan Waktu yang Tepat Memakai ARV ?
Obat Apa yang Sebaiknya Dipakai?
Apa itu ODHA ?
Bagaimana Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia ?
Apakah AIDS Bisa Disembuhkan ?
Apakah Ada Obat Alternatif untuk Mengatasi HIV/AIDS ?
Apakah Terapi Lebah Bisa Mengatasi Penyakit HIV/AIDS ?
Efek Farmakologi Apa Saja
Pada Bisa lebah (bee venom)
terhadap tubuh manusia?
Komponen Apa Saja yang Berperan dalam Bee Venom ?
Apa itu “ Melittin” dan Apa Perananya dalam membunuh virus
HIV ?
Seperti Apa Struktur Kimia “ melittin” ?
Bagaimana Cara “melittin” Membunuh Virus HIV ?
Referensi
Apa Beda HIV dan AIDS ?
·
Rasa
Lelah Berkepanjangan
· Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan
· Berat badan turun secara menyolok
· Pembesaran kelenjar (di leher, ketiak, lipatan paha) tanpa sebab yang jelas
· Bercak merah kebiruan pada kulit (kanker kulit)
· Sering demam (lebih dari 38 derajat Celcius) disertai keringat malam tanpa sebab yang jelas
· Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas
Sel CD4 dapat dibedakan dari sel CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-T yang mempunyai protein CD4 pada permukaannya. Protein itu bekerja sebagai ‘reseptor’ untuk HIV. HIV mengikat pada reseptor CD4 itu seperti kunci dengan gembok.
Apa itu HIV / AIDS ?
HIV adalah sejenis virus
yang menyerang manusia. HIV singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus, yaitu suatu
virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS.
Virus ini menyerang manusia dan menyerang
sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan
infeksi. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan
defisiensi (kekurangan) sistem imun.
Sedangkan AIDS singkatan dari Acquired
Immunodeficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV, atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya.
Apa Beda HIV dan AIDS ?
Tubuh manusia terdapat sistem kekebalan tubuh
yang terdiri dari sel-sel, diantaranya adalah sel-T yang tugasnya memerangi kuman dan infeksi. Ketika virus HIV
masuk ke dalam tubuh manusia, virus itu akan menyerang sel-T dan masuk,
sembunyi tanpa diketahui untuk berapa lama. Karena itu orang yang darahnya
sudah terinfeksi HIV bisa nampak sehat, namun telah menjadi sumber penularan
bagi orang lain. Jika sudah di dalam tubuh, HIV akan memperbanyak diri dan
mulai merusak sel-T. Maka pada saat inilah sistem pertahanan tubuh kita lemah
dan tidak mampu memerangi kuman yang berada di sekitar tubuh.
Awal masukinya virus HIV ke dalam tubuh manusia,
tidak ada gejala-gejala khusus. Baru beberapa minggu sesudah itu orang yang
terinfeksi mengalami penyakit ringan sehari-hari seperti demam, flu atau diare,
selebihnya tidak ada gejala khusus. Penderita HIV positif sering kali merasa
sehat dan dari luar memang tampak sehat. Sering kali 3-4 tahun penderita tidak
memperlihatkan gejala yang khas.
Setelah itu penderita akan mengalami
gejala-gejala yang sudah menjurus ke AIDS, yaitu :
· Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan
· Berat badan turun secara menyolok
· Pembesaran kelenjar (di leher, ketiak, lipatan paha) tanpa sebab yang jelas
· Bercak merah kebiruan pada kulit (kanker kulit)
· Sering demam (lebih dari 38 derajat Celcius) disertai keringat malam tanpa sebab yang jelas
· Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas
Pada saat inilah orang ini dikatakan positif
AIDS atau sudah memasuki tahap AIDS. Dari sini mulai bisa diketahui perbedaan
HIV dan AIDS.
Fase seseorang terinfeksi HIV hingga ke fase
AIDS berbeda-beda, tergantung kepada gaya hidup dan asupan gizi yang masuk.
Sebab virus HIV menyerang kekebalan tubuh, sehingga sakit ringan pada orang
normal bisa sangat berbahaya pada penderita AIDS.
Celakanya, seseorang tidak pernah mengetahui
ia menderita HIV. Begitu diketahui pada darahnya ada HIV, maka pada saat itu ia
sudah sangat potensial menularkan. Dan kebanyakan terlambat mengetahui ada HIV
di tubuhnya sehingga beberapa tahun kemudian dia sudah masuk ke fase AIDS dan
akhirnya meninggal. Ia tidak tahu sudah berapa lama virus itu bersarang
ditubuhnya.
Bagaimana
Cara Mengetahui Seseorang terinfeksi HIV?
Untuk mengenali atau mengetahui apakah
seseorang terinfeksi HIV adalah melalui tes darah, jadi tidak bisa
mengira-ngira dari gejala yang muncul saja. Jika seseorang mengalami sariawan
berulang-ulang atau diare tak berkesudahan bukan berarti ia positif, sebelum dilakukan
pemeriksaan darah. Kenyataan ini sekaligus menghapus mitos yang salah bahwa
berhubungan seks dengan orang yang kelihatan sehat, bugar dan gagah tidak
mungkin kena HIV.
Gejala
Awal Apa saja Penderita HIV / AIDS ?
Penderita HIV pada
awalnya tidak akan mengetahui kalau dirinya sudah terkena virus ini, karena
kondisi badan seperti biasa tidak menunjukkan gejala-gejala spesifik dalam
waktu singkat. Namun setelah beberapa bulan atau tahun ( tergantung kondisi
yang bersangkutan) maka akan timbul gejala-gejala awal. Jika
gejala awal sudah timbul,sebaiknya segera periksa ata lakukan tes HIV
untuk mengetahui positif tidaknya.
Adapun
Gejala-gejala awal penyakit HIV / AIDS adalah sebagai berikut :
- · Demam tinggi berkepanjangan
- · Penderita akan mengalami napas pendek, batuk, nyeri dada dan demam
- · Hilangnya nafsu makan, mual dan muntah
- · Mengalami diare yang kronis
- · Penderita akan kehilangan berat badan tubuh hingga 10% di bawah normal.
- · Batuk berekepanjangan
- · Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan
- · Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh (dibawah telinga, leher, ketiak, dan lipatan paha)
- · Kurang ingatan
- · Sakit kepala
- · Pusing
- · Sulit berkonsentrasi
- · Respon anggota gerak melambat
- · Sering nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki
- · Mengalami tensi darah rendah
- · Reflek tendon (otot) yang kurang
- · Terjadi serangan virus cacar air dan cacar api
- · Infeksi jaringan kulit rambut
- · Kulit kering dengan bercak-bercak.
Bagaimana
Siklus Hidup virus HIV Itu?
Ada beberapa langkah dalam siklus hidup HIV
1.
Virus
bebas beredar dalam aliran darah
2.
HIV
mengikatkan diri pada sel
3.
HIV
menembus sel dan mengosongkan isinya dalam sel
4.
Kode
genetik HIV diubah dari bentuk RNA menjadi bentuk DNA dengan bantuan oleh enzim
reverse transcriptase
5.
DNA
HIV dipadukan dengan DNA sel dengan bantuan oleh enzim integrase. Dengan
pemaduan ini, sel tersebut menjadi terinfeksi HIV.
6.
Waktu
sel yang terinfeksi menggandakan diri, DNA HIV diaktifkan, dan membuat bahan
baku untuk virus baru
7.
Semua
bahan yang dibutuhkan untuk membuat virus baru dikumpulkan
8.
Virus
yang belum matang mendesak ke luar sel yang terinfeksi dengan proses yang
disebut ‘budding (tonjolan)’
9.
Jutaan
virus yang belum matang dilepas dari sel yang terinfeksi
10. Virus baru menjadi
matang: bahan baku dipotong oleh enzim protease dan dirakit menjadi virus yang
siap bekerja
Tes Apa
Untuk Mengetahui HIV / AIDS ?
Seseorang dinyatakan telah terinfeksi HIV
harus melalui Tes HIV. Tes HIV memberi tahu apakah seseorang terinfeksi HIV
atau tidak, virus penyebab AIDS. Kebanyakan tes ini mencari antibodi terhadap
HIV. Antibodi adalah protein yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh untuk
menyerang kuman tertentu. Antibodi terhadap semua kuman berbeda, jadi bila
ditemukan antibodi terhadap HIV dalam darah kita, artinya kita terinfeksi HIV.
Ada juga jenis tes lain yang mencari tanda bahwa virus sendiri ada di dalam
darah, tetapi tes macam ini belum tersedia di Indonesia.
Tes HIV biasanya mencari antibodi terhadap
HIV dalam darah atau cairan tubuh lain. Bila sesorang terinfeksi HIV, sistem
kekebalan tubuh akan membuat antibodi ini untuk melawan HIV. Biasanya
dibutuhkan tiga minggu hingga tiga bulan untuk membentuk antibodi tersebut.
Selama masa ini, tes tidak akan menunjukkan hasil positif walaupun kita
terinfeksi. Hasil tes yang positif
(reaktif) berarti terinfeksi HIV, tetapi tidak berarti terkena AIDS.
Apa itu
sel CD4 ?
Dalam tubuh manusia ada sel CD4, ini adalah
jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang penting
dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-T.
Ada dua macam sel-T. Sel T-4, yang juga disebut CD4 dan kadang kala sel CD4+,
adalah sel ‘pembantu’. Sel T-8 (CD8) adalah sel ‘penekan’, yang mengakhiri
tanggapan kekebalan. Sel CD8 juga disebut sebagai sel ‘pembunuh’, karena sel
tersebut membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus.
Sel CD4 dapat dibedakan dari sel CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-T yang mempunyai protein CD4 pada permukaannya. Protein itu bekerja sebagai ‘reseptor’ untuk HIV. HIV mengikat pada reseptor CD4 itu seperti kunci dengan gembok.
Apa itu Tes CD4 ?
Contoh kecil darah kita diambil. Darah ini
dites untuk menghitung beberapa tipe sel. Jumlah sel CD4 tidak langsung diukur.
Malahan, laboratorium membuat hitungan berdasarkan jumlah sel darah putih, dan
proporsi sel tersebut yang CD4. Oleh karena itu, jumlah CD4 yang dilaporkan
oleh tes CD4 tidak persis.
Karena jumlah CD4 penting untuk menunjukkan
kekuatan sistem kekebalan tubuh, diusulkan kita melakukan tes CD4 setiap 3-6
bulan.
Apa Peranan
Sel CD4 Sehubungan dengan Tes HIV?
HIV umumnya menulari sel CD4. Kode genetik
HIV menjadi bagian dari sel itu. Waktu sel CD4 menggandakan diri (bereplikasi)
untuk melawan infeksi apa pun, sel tersebut juga membuat tiruan HIV.
Setelah kita terinfeksi HIV dan belum mulai
terapi antiretroviral (ART), jumlah sel CD4 kita semakin menurun. Ini tanda
bahwa sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak. Semakin rendah jumlah CD4,
semakin mungkin kita akan jatuh sakit.
Ada jutaan keluarga sel CD4. Setiap keluarga
dirancang khusus untuk melawan kuman tertentu. Waktu HIV mengurangi jumlah sel
CD4, beberapa keluarga dapat diberantas. Kalau itu terjadi, kita kehilangan
kemampuan untuk melawan kuman yang seharusnya dihadapi oleh keluarga tersebut.
Jika ini terjadi, kita mungkin mengalami infeksi oportunistik.
Faktor
Apa yang Berpengaruh pada Jumlah CD4?
Hasil tes dapat berubah-ubah, tergantung pada
jam berapa contoh darah diambil, kelelahan, dan stres. Sebaiknya contoh darah
kita diambil pada jam yang sama setiap kali dites CD4, dan juga selalu memakai
laboratorium yang sama.
Infeksi lain dapat sangat berpengaruh pada jumlah
CD4. Jika tubuh kita terserang infeksi, jumlah sel darah putih (limfosit) naik.
Jumlah CD4 juga naik. Vaksinasi dapat berdampak serupa. Kalau akan melakukan
tes CD4, sebaiknya kita menunggu dua minggu setelah pulih dari infeksi atau
setelah vaksinasi.
Bagaimana
Hasil Tes CD4 Dibuat ?
Hasil tes CD4 biasanya dilaporkan sebagai
jumlah sel CD4 yang ada dalam satu milimeter kubik darah (biasanya ditulis
mm3). Jumlah CD4 yang normal biasanya berkisar antara 500 dan 1.600.
Karena jumlah CD4 begitu berubah-ubah, kadang
lebih cocok kita lihat persentase sel CD4. Jika hasil tes melaporkan CD4% =
34%, ini berarti 34% limfosit kita adalah sel CD4. Persentase ini lebih stabil
dibandingkan jumlah sel CD4 mutlak. Angka normal berkisar antara 30-60%. Setiap
laboratorium mempunyai kisaran yang berbeda. Belum ada pedoman untuk keputusan
pengobatan berdasarkan CD4%, kecuali untuk anak berusia di bawah lima tahun.
Jumlah CD4 mutlak di bawah 200 menunjukkan
kerusakan yang berat pada sistem kekebalan tubuh. Walau CD4% mungkin lebih baik
meramalkan perkembangan penyakit HIV dibandingkan CD4 mutlak, jumlah CD4 mutlak
tetap dipakai untuk menentukan kapan ART sebaiknya dimulai.
Kadang kita juga diusulkan untuk melakukan
tes CD8. Namun sama sekali tidak jelas bagaimana hasil tes CD8 dapat
ditafsirkan. Oleh karena itu, tidak ada manfaat mengeluarkan biaya untuk tes
CD8.
Jumlah CD4 adalah ukuran kunci kesehatan
sistem kekebalan tubuh. Semakin rendah jumlahnya, semakin besar kerusakan yang
diakibatkan HIV. Jika kita mempunyai jumlah CD4 di bawah 200, atau persentase
CD4 di bawah 14%, kita dianggap AIDS, berdasarkan definisi Kemenkes.
Jumlah CD4 dipakai bersama dengan viral load
untuk meramalkan berapa lama kita akan tetap sehat. Jumlah CD4 juga dipakai untuk menunjukkan
kapan dan berapa macam pengobatan termasuk ART sebaiknya dimulai.
Memantau keberhasilan ART: Umumnya jumlah CD4
akan mulai naik segera setelah kita mulai ART. Namun kecepatan sangat beragam,
dan kadang pelan. Bila jumlah CD4 di bawah 50 waktu kita mulai ART, jumlah CD4
kita mungkin tidak akan meningkat menjadi normal (di atas 500). Yang penting
jumlah naik; kita sebaiknya tidak terlalu berfokus pada angka. Sebaliknya, bila
jumlah CD4 mulai menurun lagi setelah naik, mungkin itu adalah tanda bahwa ART
kita mulai gagal, dan mungkin rejimen harus diganti.
Jumlah CD4 yang lebih tinggi adalah lebih
baik. Namun, jumlah CD4 yang normal tidak tentu berarti sistem kekebalan tubuh
benar-benar pulih.
Penyakit
Apa Saja yang Menyertai Penderita HIV/AIDS ?
Seseorang yang sudah di ketahui terinfeksi
HIV dan menjurus ke menderita AIDS,
biasanya akan terkena penyakit-penyakit yang menyertainya, yaitu :
·
Penyakit paru-paru
utama
Pneumonia pneumocystis (PCP) jarang dijumpai pada orang
sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai pada
orang yang terinfeksi HIV.
Penyebab penyakit ini
adalah fungi Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan
tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat, penyakit ini
umumnya segera menyebabkan kematian. Di negara-negara berkembang, penyakit ini
masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites,
walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah CD4 kurang
dari 200 per µL.
·
Tuberkulosis
(TBC)
Penyakit Tuberkulosis
(TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi lainnya yang terkait
HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten) melalui
rute pernapasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangani bila telah
diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui
terapi pengobatan.
Pada stadium awal
infeksi HIV (jumlah CD4 >300 sel per µL), TBC muncul sebagai penyakit
paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi HIV, ia sering muncul sebagai penyakit
sistemik yang menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner).
Gejala-gejalanya biasanya bersifat tidak spesifik (konstitusional) dan tidak
terbatasi pada satu tempat.TBC yang menyertai infeksi HIV sering menyerang
sumsum tulang, tulang, saluran kemih dan saluran pencernaan, hati, kelenjar
getah bening (nodus limfa regional), dan sistem syaraf pusat. Dengan demikian,
gejala yang muncul mungkin lebih berkaitan dengan tempat munculnya penyakit
ekstrapulmoner.
·
Penyakit saluran
pencernaan utama
Radang Esofagitis
adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur makanan dari mulut
ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit ini terjadi karena
infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-1 atau virus
sitomegalo). Ia pun dapat disebabkan oleh mikobakteria, meskipun kasusnya
langka.
Diare kronis yang
tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab;
antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti Salmonella,
Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan Escherichia coli), serta infeksi
oportunistik yang tidak umum dan virus (seperti kriptosporidiosis,
mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex, dan virus sitomegalo (CMV) yang
merupakan penyebab kolitis).
Pada beberapa kasus,
diare terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan yang digunakan untuk
menangani HIV, atau efek samping dari infeksi utama (primer) dari HIV itu
sendiri. Selain itu, diare dapat juga merupakan efek samping dari antibiotik
yang digunakan untuk menangani bakteri diare (misalnya pada Clostridium
difficile). Pada stadium akhir infeksi HIV, diare diperkirakan merupakan
petunjuk terjadinya perubahan cara saluran pencernaan menyerap nutrisi.
·
Penyakit syaraf dan
kejiwaan utama
Seseorang yang terinfeksi
HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf
(neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh infeksi organisma atas sistem
syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai akibat langsung dari penyakit
itu sendiri.
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit
bersel-satu, yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi
otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia juga
dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru.
Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges (membran yang
menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans.
Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien
juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat
mematikan.
Leukoensefalopati multifokal progresif adalah penyakit
demielinasi, yaitu penyakit yang menghancurkan selubung syaraf (mielin) yang
menutupi serabut sel syaraf (akson), sehingga merusak penghantaran impuls
syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC, yang 70% populasinya terdapat di tubuh
manusia dalam kondisi laten, dan menyebabkan penyakit hanya ketika sistem
kekebalan sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada pasien AIDS. Penyakit ini
berkembang cepat (progresif) dan menyebar (multilokal), sehingga biasanya
menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah diagnosis.
Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan
mental (demensia) yang terjadi karena menurunnya metabolisme sel otak
(ensefalopati metabolik) yang disebabkan oleh infeksi HIV; dan didorong pula
oleh terjadinya pengaktifan imun oleh makrofag dan mikroglia pada otak yang
mengalami infeksi HIV, sehingga mengeluarkan neurotoksin.
Kerusakan syaraf yang
spesifik, tampak dalam bentuk ketidaknormalan kognitif, perilaku, dan motorik,
yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi HIV terjadi. Hal ini berhubungan
dengan keadaan rendahnya jumlah sel T CD4+ dan tingginya muatan virus pada
plasma darah.
·
Kanker dan tumor
ganas (malignan)
Sarkoma Kaposi
Seseorang yang sudah terinfeksi
HIV pada dasarnya memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya
beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penyebab mutasi genetik;
yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV),
dan virus papiloma manusia (HPV).
Sarkoma Kaposi adalah
tumor yang paling umum menyerang pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor
ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun 1981 adalah salah satu pertanda
pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili
gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga disebut virus herpes
Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik
keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran
pencernaan, dan paru-paru.
Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah
kanker yang menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah
bening, misalnya seperti limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma) atau sejenisnya
(Burkitt's-like lymphoma), diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL), dan limfoma
sistem syaraf pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi
HIV. Kanker ini seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk.
Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian
besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes
Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda
utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma manusia.
Pasien yang
terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor lainnya, seperti limfoma Hodgkin,
kanker usus besar bawah (rectum), dan kanker anus. Namun demikian, banyak
tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker usus besar (colon),
yang tidak meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-tempat
dilakukannya terapi antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam menangani
AIDS, kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun
pada saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum
pada pasien yang terinfeksi HIV.
·
Infeksi oportunistik
lainnya
Pasien AIDS biasanya
menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak spesifik, terutama demam
ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan
virus sitomegalo (CMV). Virus sitomegalo dapat menyebabkan gangguan radang pada
usus besar (kolitis) seperti yang dijelaskan di atas, dan gangguan radang pada
retina mata (retinitis sitomegalovirus), yang dapat menyebabkan kebutaan.
Infeksi yang disebabkan oleh jamur Penicillium marneffei, atau disebut
Penisiliosis, kini adalah infeksi oportunistik ketiga yang paling umum (setelah
tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di daerah endemik
Asia Tenggara.
Apa
Terapi Antiretroviral Itu?
Terapi antiretroviral (ART) adalah terapi
yang di tujukan untuk penderita HIV, terapi antiretroviral berarti mengobati
infeksi HIV dengan beberapa obat. Karena HIV adalah retrovirus, obat ini biasa
disebut sebagai obat antiretroviral (ARV). ARV tidak membunuh virus HIV.
Namun, melambatkan per n’ ARV menyerang
HIV dengan cara berbeda. Saat ini ada lima golongan obat disetujui di AS.
Golongan
Pertama
adalah nucleoside reverse transcriptase inhibitor atau NRTI, juga disebut
analog nukleosida. Obat golongan ini menghambat tumbuhan virus. Kalau waktu
pertumbuhan virus dilambatkan, begitu juga penyakit yang menyertai penderita
HIV.
ARV Apa
Saja yang Disetujui ?
Di Negara maju seperti Amerika Serikat telah
menyetujui beberapa golongan ARV sebagai obat unutk penderita HIV. Setiap tipe
atau ‘golonga
langkah keempat di atas, yaitu perubahan bahan
genetik HIV dari bentuk RNA menjadi bentuk DNA yang dibutuhkan dalam langkah
berikut. Obat dalam golongan ini yang disetujui di AS dan masih dibuat adalah:
o
3TC
(lamivudine)
o
Abacavir
(ABC)
o
AZT
(ZDV, zidovudine)
o
d4T
(stavudine)
o
ddI
(didanosine)
o
Emtricitabine
(FTC)
o
Tenofovir
(TDF; analog nukleotida)
Golongan
Kedua adalah
non-nucleoside reverse transcriptase
inhibitor atau NNRTI, yang menghambat langkah yang sama dalam siklus hidup
HIV, tetapi dengan cara lain.
o
Delavirdine
(DLV)
o
Efavirenz
(EFV)
o
Etravirine
(ETV)
o
Nevirapine
(NVP)
o
Rilpivirine
(RPV)
Golongan
Ketiga
adalah protease inhibitor (PI). Obat
golongan ini menghambat langkah kesepuluh, dengan bahan virus baru dipotong
sesuai untuk membuat virus baru. Sembilan PI disetujui dan masih dibuat di AS:
o
Atazanavir
(ATV)
o
Darunavir
(DRV)
o
Fosamprenavir
(FPV)
o
Indinavir
(IDV)
o
Lopinavir
(LPV)
o
Nelfinavir
(NFV)
o
Ritonavir
(RTV)
o
Saquinavir
(SQV)
selengkapnya silahkan HUBUNGI KAMI